Laman

Epidemi Merokok

Bagaimana Hal-Hal Kecil Berhasil Membuat Perubahan Besar
(PART 1)

Sebuah ulasan menarik telah saya baca dari sebuah buku yang lumayan tebal tapi cukup ringan. Buku tersebut merupakan buku alih bahasa yang kata-katanya cukup membingungkan sebenarnya. Mungkin karena saya masih pemula sebagai pembaca buku. Tapi setelah saya baca lebih mendalam lagi, waw ternyata cukup mengesankan juga. Di buku ini saya mempelajari tentang latar belakang dari adanya sebuah titik puncak. Tidak selalu dalam bentuk hal yang positif memang, lebih spesifiknya lagi tentang sebuah epidemi (menurut buku itu).

Epidemi-epidemi yang diceritakan dalam buku itu sangat beragam. Mulai dari peningkatan sebuah produk, tindak kriminalitas, kebiasaan manusia, dsb. Pada artikel kali ini, saya akan membahas bagian mengenai kebiasaan manusia. Lebih tepatnya mengenai kebiasaan MEROKOK.

Merokok merupakan kebiasaan buruk. Saya rasa setiap orang mengetahui hal itu. Namun pada kenyataannya, orang-orang yang merokok seperti yang tidak tahu mengenai hal itu. Entah karena mereka benar-benar tidak tahu atau memang tidak mau tahu. Memang cuma mereka yang merokok-lah yang tahu jawabannya. Sebenarnya kenapa merokok menjadi suatu kebiasaan manusia ya?

Seseorang mengemukakan bahwa merokok di kalangan remaja merupakan salah satu fenomena gaya hidup modern yang paling memusingkan. Kenapa bisa memusingkan? Karena sampai detik ini pada kenyataannya tidak seorang pun tahu cara menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Kalaupun tahu, mungkin hanya beberapa saja yang berhasil terlepas dari jerat merokok. Dan menurut buku yang saya baca, asumsi utama yang dipegang oleh gerakan ANTI MEROKOK adalah bahwa pengusaha rokok telah membujuk kaum remaja dengan membohongi mereka, dengan menggambarkan bahwa merokok itu sangat nikmat dan jauh tidak berbahaya dibanding yang sesungguhnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan tersebut pemerintah membatasi dan mengawasi iklan rokok sehingga para pengusaha kesulitan untuk berbohong. Bahkan kampanye-kampanye pun turut serta dalam meramaikan gerakan ANTI MEROKOK tersebut. Pada kenyataannya, penyelesaian dengan cara tersebut tidak begitu efektif.

Pernah mikir engga sih, jangan-jangan kebiasaan merokok itu justru lahir karena gencarnya kampanye gerakan ANTI MEROKOK. Remaja-remaja yang umumnya labil terhadap pergaulan di lingkungan mereka justru akan menanggapi pesan moral yang positif itu justru menjadi negatif. Sebagian mungkin akan berfikir, “Wah, kita tidak boleh merokok, karena berbahaya”. Atau bahkan malah ada yang berfikir “Oh.. emangnya iya ya begitu? Masa sih.. Tapi orangtua kita tetap merokok.”. Nah, dari situlah timbul suatu titik puncak dimana akan adanya sejumlah remaja yang tidak merokok sama sekali, atau malah mulai mencoba-coba.

Penjelasan diatas engga bermaksud menyatakan bahwa upaya untuk memerangi kebiasaan buruk merokok sebaiknya dihentikan saja. Justru dari situlah kita dapat mengetahui bahwa pola berfikir kita selama ini perlu diperbaharaui lagi. Mungkin masih ada cara-cara lain yang benar-benar bisa memusnahkan kebiasaan merokok tersebut. Pesan moral mungkin berlaku bagi mereka yang memang mengerti akan hal itu. Lalu mereka yang tidak paham bagaimana? Hmm mungkin saran saya untuk pemerintah adalah tutup pabrik rokoknya aja kali yaa, hehehe..

Sumber : Buku The Tipping Point

Tidak ada komentar: